Woensdag 22 Mei 2013

Kekejaman Penjajah Jepang


Kekejaman Penjajah Jepang
Jepang telah membuat tiga buah lubang di Indonesia. Yang terpanjang sekali lubang ni ada di Biak, Irian Jaya sepanjang 14km tapi lubang dengan ukuran kecil dan harus merangkak untuk masuk kedalam. Kedua, ada di Dago, Bandung dengan panjang  39800 meter. Baru yang ada di Kota Bukittinggi. Jika Anda berlibur ke  Kota Bukittingi yang  dipenuhi dengan panorama yang indah serta  sejuknya udara disana. Tidak lengkap rasanya  jika Anda tidak menelusuri Lubang Jepang atau juga sering disebut dengan Goa Jepang yang terletak persis disamping Taman Panorama. Goa ini berdinding kan batu keras dengan panjang 6700 meter.Oleh karena itu gedung atau hotel yang berada di Bukittinggi bangunannya tidak ada  yang lebih dari tujuh tingkat.  Menurut cerita, goa dengan rongga setengah lingkaran ini dibangun untuk persiapan perang Asia Timur Raya.
Lorong masuknya yang dalam dan panjang dihiasi dengan lampu neon dari berbagai titik. Ada sekitar 128 anak tangga yang harus dilalui untuk turun kebawah. Kondisi Goa Jepang ini tertata dengan rapi. Saat berada di dalam, pengunjung tidak akan bisa membedakan pagi,siang, dan malam. Goa Jepang terbagi dalam beberapa kamar, mulai dari ruang amunisi, mini theater, dan lubang tempat senjata.
Jika ditelusuri lebih dalam lagi ada namanya ‘Mini Theater’ biasanya oleh PEMDA setempat menggunakan theater tersebut sebagai bioskop mini. Disana nanti diputarkan film documenter sejarah Goa Jepang. Tapi sayangnya ‘Mini Theater’ tersebut agak terlantar karena banyak sekali melakukan penggelapan dana. “Lubang senjata” atau dikenal dengan nama Letter ‘T’ , kalau masuk ke sebelah kanan maka akan tembus ke Jam Gadang. Masa ia pak? Tanya seorang bapak. “Pak kota Bukittinggi semuanya berada diatas lubang, panjang lubang itu 6700 meter”. Jawab pemandu wisata itu . Ada suatu keanehan dalam Goa Jpeang tersebut yaitu Lubang pelariannya. Dulunya penjajah jepang hanya memakai akar untuk naik turun ke lubang pelarian dikarenakan tidak adanya tangga.  Lubang plarian ini sangat berguna bagi Jepang jika mereka dikejar oleh-musuh-musuhnya maka akan menuju langsung ke lubang pelarian.
“ Kenapa lubang pelaria ini dibuat agak tinggi? Karena orang Jepang kan larinya cepat, kalau dikejar oleh sekutu seperti Amerika Serikat kepalanya akan tersangkut dilubang itu karena orang Amerika kan tubuhnya tinggi-tinggi, sedangkan orang Jepang tubuhnya pendek-pendek” ucap pemandu itu.
Goa Jepang berikutnya adalah ‘Penjara Bawah Tanah” dengan total panjang 48 meter, masih ada 6 meter lagi kesamping kiri. Penjara Bawah tanah ini sengaja ditutup dengan tanah untuk menjaga keselamatan para pengunjung karena berbahaya. Disana tidak  ada ventilasi udara. Tempat ini dulunya digunakan Jepang adalah sebagai tempat tawanan-tawanan perang mereka. Di Penjara Bawah Tanah itulah dulu seluruh para tawanan disiksa, dikuring, dipenjara di bawah tanah.  Merekea tidak dikasih makan dan minum secukupnya. Banyak tawanan-tawanan perang itu yang mati elaparan. Makanya bagi Jepang setelah ada yang mati, mayat-mayat itu bakal mereka bawa keluar dan lantas mayat itu akan mereka buang lagi ke tempat pembuangan mayat. berikutnya, sebelum Jepang berangkat meninggalkan Lubang Jepang ini pada tanggal 15 Agustus 1945, seluruh pekerja Indonesia dan romusa-romusa yang bekerja semua mereka kumpul beramai-ramau dan kemudian mereka ditembak oleh penjajah Jepang dengan gas beracun. Sampai detik sekarang ini kita tidak punya saksi hidup dalam Goa Jepang kecuali Jepang yang mengetahui hal tersebut.
Adanya lubang tipuan yang di gunakan oleh Jepang yang disebut dengan ‘Ruang Dapur’. Bagi Jepang sebenarnya dapur ini merupakan tempat penyiksaan dan dulu nseluruh tawanan-tawanan perang yang mereka tangkap itu tidak dikurung dalam penjara tetap dibunuh, dibakar, dan dibantai dalam dapur itu. Nanti satu per satu mayat itu dibuang ke tempat pembuangan mayat. dipojok bawah sebelah kiri dapur terdapat sebuah lubang yang panjang menuju sampai kesungai. Paling atas sebelah kiri terdapat namanya “Ruang Pengintaian”, duluya Penjajah Jepang untuk mencapai ruang pngintaian harus menggunakan tali dan harus merangkak untuk masuk kedalam.
“Apa sih yang mereka liat diatas itu?Mereka bakal melihat pesawat-pesawat musuh yang datang , jika sudah kelihatan pesawat musuh itu seluruh pintuh masuk ditutup dengan semak-semak. Kedua mereka melihat dan mengintai para penduduk dan petani kita yang mengawasi dari bawah” kata pemandu wisata itu.
Bisa juga kita lihat Goa Jepang yang memiliki beberapa misteri yang tidak bisa kita ketahui sampai sekarang ini.  Pertama, kemana tanah galian goa jepang itu dibuang oleh orang sana? Berapa banyak tanah yang di gali untuk membuat sebuah lubang jepang tersebut? Galian tanah tersebut bahakan bisa membuat sebuah bukit. Kedua, berapa jumlah manusia yang bekerja di dalam goa Jepang tersebut? Tidak bisa kita prediksi. Ketiga, bagaimana nasib arsitek lubang Jepang tersebut? Kenapa kita tidak bisa mengetahui arsitek lubang Jepang ini, karena arsitek lubang Jepang ini adalah seorang Jendral yang dikirim dari Jepang untuk Indonesia .


Perjuangan yang Belum Berakhir


Perjuangan yang Belum Berakhir
Yayasan Sayap Ibu  “Panti Penyantunan dan Rehabilitas Anak Cacat Ganda Terlantar”merupakan lembaga non profit da non Pemerintah  yang diresmikan pada tanggal 1 O ktober 2005, berkedudukan di daerah Provinsi Banten.
Yayasan Sayap Ibu (YSI) Cabang Provinsi Banten berinduk pada Yayasan Sayap Ibu Pusat, berolaksi di Yogyakarta yang telah berperan di masyarakat dalam menangani anak-anak baik balita maupun dewasa yang terlantar sejak 25 Mei 1955.
Terwujudnya perlindungan dan perawatan anak sejak dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan, termasuk anak cacat ganda maupun majemuk secara terus menerus. Serta melaksanakan kesejahteraan anak dan penyandang cacat ganda terlantar maupun majemuk secara holistic, terpadu dan berkesinambungan dalam arti kata yang seluas-luasnya ini merupakan salah satu visi misi yang dibangun oleh Yayasan Sayap Ibu.
Beberapa kegiatan juga yang dilakukan oleh Yayasan Sayap Ibu, yaitu merawat sejumlah anak-anak yang mengalami cacat ganda yang ditelantarkan atau bahkan ditinggalkan oleh orang tuanya atau mungkin oleh sanak saudaranya . selain itu Yayasan Sayap Ibu bukan hanya merewat mereka tetapi juga memberikan bantuan kepada anak-anak cacat yang masih mempunyai orag tua atau keluarga yang merawatnya dalam kondisi kurang mampu/pra sejahtera. Bantuan yang diberikan antara lain memberikan pelatihan khusus sepeti  fisio terapi dan hydrotherapy dengan mengajak mereka berenang , jalan-jalan, mendengar atau mungkin bermain musik serta bernyanyi, kemudian juga ada pembuatan Jamkesmas, alat bantu, obat-obatan, tambahan nutrisi, dan biaya operasi apabila diperlukan.
Meskipun mereka keterbelakangan mental tetapi mereka juga pantas mendapatkan ilmu seperti “Pendidikan Luar Biasa” dengan motto “ Menggali Potensi yang ada dari Tingkat Kecacatan Anak”. Mereka di ajarkan menggambar dan mewarnai, bernyanyi dan  bermain musik,
Perlu juga untuk diketahui sebagian besar kelahiran cacat ini disebabkan oleh karena ketidaktahuan para Ibu dalam menjaga kandungannya. Yayasan Sayap Ibu memeberikan penyuluhan “ Deteksi dan Penanganan Dini Kecacatan Anak” kepada ibu-ibu usia produktif terutama dari keluarga pra sejahtera.
11 April 2013 khususnya UKM Sosial Rencang termasuk saya di dalamnya berkunjung ke Yayasan Sayap Ibu. Sesampainya disana dituntun oleh Ibu….. pertama yang saya dengar disana pertama adalah seorang anak laki-laki bernama Berty yang diserahkan ke Yayasan Sayap Ibu dari umur 1 ½ tahun (satu setengah tahun) dari Dinas Sosial Riau, menurut keterangan Berty sebenarnya memiliki keluarga. Ia salah satu dari 8 (delapan) bersaudara , memang orang tuanya tidak mampu merawat. Awalnya, orang tua dari Berty ingin menggugurkannya dari dalam kandungan,karena proses janin ini terlalu kuat akhirnya Berty lahir tetapi dalam keadaan cacat . Orang tua Berty  berasal dari keluarga yang sejahtera, mereka malu menerima Berty sebagai anaknya karena keterbelangakan mental yang didapat Berty.
 jadi mereka malu untuk merawat Berty maka dari itulah Berty diserahkan ke Dinas Sosial Riau. Berty memiliki penyakit ‘Hydrocepalus’ yang aritnya jenis penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan aliran cairan didalam otak. Gangguan tersebut menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang kemudian menekan didalam otak , karena tersendatnya cairan tersebut sehingga membuat kepalanya membesar.
‘Saat itu dokter mengatakan Berty kemungkinannya sangat kecil untuk disembuhkan.kalau dioperasipun resikonya pasti nanti tinggi jadi kita berupaya merawat Berty semampu kita aja di sini’ ucap oleh mba Nanin perawat Yayasan Sayap Ibu.
Mba Nanin menambahkan meskipun Berty memiliki penyakit berbahaya tetapi Ia tetap semangat, berusaha kuat, untuk tetap sehat, berat badannya juga untungnya masih bisa bertambah, makannya kuat . Keluhannya Berty sangat rentan, sering diserang penyakit yang lain juga, suka kejang, karena imunnya yang sangat kurang.
Tiap anak-anak yang tinggal di Yayasan Sayap Ibu memiliki Dokter tersendiri berdasarkan sakit yang mereka derit, seperti sakit flu atau demam biasanya di datangkan dokter setiap 2(dua) minggu sekali.
Bedanya Yayasan Sayap Ibu dengan yayasan lainnya kalau di lihat dari segi proses  rehabilitasnya Yayasan Sayap Ibu khusus merawat anak-anak yang cacat ganda yang terlantar yang tidak secara langsung diserahkan sama orang tuanya tapi resmi yang menyerahkannya adalah dari Dinas Sosial itu sendiri.
Mba Nanin yang berasal dari Majalengka ini tugasnya sehari-hari adalah merawat anak-anak cacat ganda dan Ia sudah menekuni pekerjaan ini 2 (dua) tahun lamanya. Mba Nanin merupakan anak Tunggal dari keluarganya.
Bagaimana dengan orang tua Anda? Apa mereka tidak melarang Anda untuk pekerjaan ini? “ Tidak, saya senang dengan pekerjaan ini , mungkin karena dari hati juga , sayang sama mereka, bisa melihat mereka sehat selalu, bisa bicara, bisa jalan jadi Tuhanpun membantu kita semua merawat mereka disini” jawabnya dengan tegas. Harapannya kedepan yaitu mereka bisa sehat selalu, panjang umur, dan banyak rejeki di tambahkan oleh mba Nanin.