Maandag 17 Junie 2013

Ruang Lingkup Planetarium dan Observatorium Jakarta

Planetarium Jakarta


“Kita sebagai bangsa yang baru lahir kembali, kita harus dengan cepat sekali, cepat, chek up mengejar kebelakangan kita ini, mengejar disegala lapangan. Lapangan politik kita kejar, lapangan ekonomi kita kejar, lapangan ilmu pengetahuan kita kejar, agar supaya kita benar-benar didalam waktu yang singkat bisa bernama Bangsa Indonesia yang besar, yang pantas menjadi mercusuar daripada umat manusia di dunia” (Soekarno, 1964, saat pemancangan tiang pertama Planetarium Jakarta).



Kota Jakarta sudah dikenal sebagai kota yang metropolitan dan padat dengan bangunan-bangunan bahkan gedung tinggi. Sangat jarang sekali bisa ditemukan objek wisata karena ada masa modern ini Indonesia semain dipenuhi dengan bioskop, hotel, dan sebagainya. Ada salah satu lokasi yang bagus untuk dikunjungi yaitu Planetarium dan Observatorium Jakarta.

Planetarium dan Observatorium Jakarta merupakan sarana wisata pendidikan yang menyajikan simulasi perbintangan atau benda-benda langit. Tempatnya terletak di Jalan Cikini Raya no 37, Jakarta Pusat (atau biasa dikenal dengan nama Taman Ismail Marzuki). Di Planetarium ini pengunjung diajak mengembara di jagad raya untuk memahami konsep tentang alam semesta melalui acara demi acara. 

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Planetariun dan Observatorium Jakarta berusaha mewujudkan kepedulian kepada masyarakat terutama pada pelajar atau mahasiswa dalam dunia pendidikan, khusunya meningkatkan Ilmu Pengetahuan Astronomi di luar kurikulum sekolah. Serta turutnya mencerdaskan masyarakat dengan memberikan pelayanan professional.

Planetarium salah satu tonggak sejarah bagi Dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya,  dibidang Astronomi. Pembangunan Planetarium merupakan gagasan oleh Presiden Republik Indonesia pertama, Bung Karno. Gagasan awalnya adalah agar bangsa Indonesia tidak ketinggalan dalam dunia IPTEK , yaitu pengetahuan tentang benda-benda langit yang ada dalam jagad raya ini. Beliau juga berharap dengan adanya Planetarium ini masyarakat tidak lagi mempercayai takhyul terkait dengan fenomena astronomi. Contoh saja dulu hari-hari yang dikatikan dengan bulan, matahari dan sebagainya. Sunday (hari minggu) konon menurut cerita metodologi  hari yang dikuasai oleh Dewa Matahari, lalu ada Monday (hari ke 2) di ambil dari kata “moon” merupakan hari yang dikuasai bulan dan sebagainya. Planet-planet pun dikaitkan dengan dewa-dewi, seperti Jupiter itu Mahadewa, kemudian ada Mars yang bewarna merah adalah Dewa Perang.  Beliau juga mengatakan Planetarium ini merupakan satu hal yang sangat penting bagi National Buliding kita.

Gagasan Bung Karno dalam pembangunan Planetarium selain sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan juga sebagai tempat rekreasi atau wisata edukasi pusat Jakarta, juga bukan secara kebetulan tetapi sudah menjadi pemikiran yang strategis , bahwa masyarakat diajak menjelajah alam semesta untuk mengagumi kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan amanatnya, maka dilaksanakanlah pembangunan tersebut yang berlokasi di Taman Raden Saleh , yang semula merupakan tempat kebun binatang Cikini dengan bantuan dana oleh GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia )

Pemancangan tiang pertama dilakukan langsung oleh Buung Karno pada 9 September 1964. Penanggung Jawab adalah Gurbernur DKI Jakarta sedangkan Ketua Tim Pengawas Pembangunan adalah Prof. Ir. Rooseno. 

Dari lomba perancagnan arsitekturnya maka terpilihlah karya Bapak Ir. Ismail Sofyan, Ir, Ciputra serta Ir. Brasali dari Perentjana Djaja. Untuk pembangunan Planetarium dibangun mulai dari segi fisik, pemasangan kubah Planetarium, Teleskop, dan alat pendingin , juga adanya alat simulasi atau proyektor dan elektroniknya.

Setelah pembangunan selesai 20 November 1968 (4 tahun) kemudian diresmikan oleh Bapak Ali Sadikin. Awal perancangan planetarium ini adalah empat lantai. Satu kubah planetarium yang terletak di tengahnya tergabung dengan bangunan silinder dibawahnya dan juga dikelilingi oleh bangunan luas. Bangunan Berkubah ini juga terdapat beberapa ruang seperti ruang untuk observatorium, ada ruang teater untuk pendidikan , perpustakaan, ruang peneropongan, dan juga tempat parkir yang luas. 

Pembangunan Planetarium sempat terhenti akibat peristiwa G30S/PKI sehinga GKBI(Gabungan Koperasi Batik Indonesia) tidak lagi memberi dana. Pada akhri 1967 pembangunan Planetarium Jakarta kembali dilanjutkan atas subsidi PBD Pemerintah DKI Jakarta.

Dari kalangan pemerhati Ilmu Astronomi keberadaan Gedung Planetarium dan Observatorium Jakarta ini telah berkiprah beberapa decade dan tercatat dalam sejarah dunia Astronomi dan hari kelahirannya ditetapkan pada tanggal 1 Maret 1969. Ditengah perjalanan waktu yang terus bergulir ,maka pada tahun 1984 status Planetarium Jakarta berubah menjadi Badan Pengelolah Planetarium dan Observatorium DKI Jakarta. 

Pada tahun 1966, Manajemen Planetarium dan Observatorium Jakarta merenovasi peralatan yang yang digunakan dan renovasi ini termasuk mengganti proyektor utama dengan yang lebih canggih dan dikendalikan oleh computer. Awalnya menggunakan Proyektor Universal diganti menjadi Proyektor Universal Model III; Material Layar Kubah diperbaharui dengan layar berdiameter lebih kecil (22 meter).; lantainya ditinggikan, dan semua tempat duduknya disusun mengarah ke selatan; dan jumlah tempat duduknya yang bermulai dari 500 kursi dikurangi menjadi 320 tempat duduk. 

Beberapa kisah Bumi dan Alam Semesta. Pada saat ini malam kota metropolitan Jakarta sudah lagi tidak begitu indah. Hal ini disebabkan karena kota Jakarta yang tercemar oleh lampu-lampu kota yang sangat terang, sehingga kota malam haripun terlihat seperti siang hari. Namun, jika pergi agak jauh seperti di Pelabuhan Ratu dan kota-kota kecil lainnya yang tidak dipadati dengan penduduk sehingga lampu-lampu yang terangnya masih terbatas maka dapat melihat pemandangan yang sangat indah dilangit. Kita dapat melihat beribu-ribu bintang yang sudah sejak zaman dulu dijadikan para nelayan sebagai petunjuk arah di laut. Bintang-bintang dilangit juga bisa djadikan sebagai pedoman bagi para petani untuk menentukan kapan mereka mulai menanam padi di sawah.

Planet-planet ini di juluki sebagai “si pengembara” , karena planet-planet yang disebut sebagai benda langit tampak berpindah-pindah di lautan bintang-bintang. Di alam semesta jagad raya kita ini terdapat benda langit antara lain  Matahari, Bumi, Bulan, Planet, Bintang, Meteor, Komet, dan sebagainya. Munculnya benda-beda langit ini menjadikan kita untuk mengenal dimensi waktu, yang selanjutnya penting untuk pengamatan fenomena alam secara umum.

Pertunjukan Planetarium menyajikan program dengan satu tema astronomi untuk mengungkap alam semesta. Pertunjukan ini di tujukan untuk mengenal dan mengkaji misteri di luar bumi. Planetarium ini nantinya akan memiliki  koleksi film yang akan diperlihatkan secara bergantian dan setiap film tersebut diputar dengan durasi 60 menit langsung dengan narasi dan latar suaranya (visual). Beberapa sajian cerita ilmiah itu dikemas dalam judul-judul acara berikut ini : 
  1.  Tata Surya , kita diajak untuk menjelajahi antarikasa , mengenal planet berserta satelit, dan anggota tata Tatasurya yang berada di ruang planet.
  2. Penjelajah Kecil Di Tatasurya diruang antar planet ada terdapat miliyaran komet, triliunan meteor dan jutaan asteroid. Mereka dikenal sebagai penjelajah tatasurya.
  3. Pembentukan Tatasurya. Berabad-abad kita sebagai manusia berusaha untuk memahami, melakukan peercobaan serta melahirkan berbagai teori dalam usahanya menyingkap tabir pembentukan Tatasurya.
  4. Planet Biru Bumi. Dimana manusia perlu proses untuk melalui dongeng, mitos secara teori. Bumi merupakan tempat yang unik dan nyaman sebagai tempat tinggal.
  5. Bulan Satelit Bumi. Sebagai pengiring Bumi yang dipandang indah sebagai pengring. Bagaimanakah keadaan sesungguhnya disana? Yukk!! Mari kKita Terbang Ke Bulan.      
  6. Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan. Adanya fenomena gerhana melahrikan berbagai mitos di masa lalu. 
  7.   Dari Ekuator Sampai ke Kutub. Pergerakan benda langit ternyata, berbeda penampakannya jika dilihat dari tiap lintang di Bumi. Panjang haripun menjadi berbeda-beda dari ekuator sampai ke kutub.
  8. Riwayat Hidup Bintang. Bintang juga mengalami perkembangan, mulai dari lahir, tumbuh besar, dan akhirnya mati.
  9.  Pembentukan Alam Semesta. Pada saat ini manusia masih berusaha untuk mengungkap misteri , bagaimana alam semesta bisa  terbentuk. 

Semua planet termasuk Bumi beredar mengelilingi Matahari pada lintasan orbitnya masing-masing. Bumi dan tujuh planet lainnya bersama Matahari membentuk satu tatanan yang selanjutnya dikenal sebagai Tata Surya. Merkurius, Bumi, Mars, Jupiter, Uranus dan Neptunus adalah nama-nama planet mulai yang terdekat sampai yang terjauh dari Matahari. 



Peneropongan Untuk Umum.





Planetarium dan Observatorium Jakarta selain ada ruang pertunjukan teater bintang juga memiliki tempat peneropongan benda langit atau tempat obersvasi disebut juga dengan istilah Observatorium. Biasanya tempat peneropongan ini digunakan untum mengamati benda-benda langit secara langsung memalui teleskop.  Pengamatan melalui teleskop kita dapat mengamati fenomena langit yang ada di Jakarta.

Planetarium dan Observatorium Jakarta memiliki 3 (tiga) tempat peneropongan untuk observasi visual dan fotografi Matahari, Bulan, Planet, Komet dan gugus bintang dan lain-lain. Selain itu juga memiliki 3(tiga) buah teleskop yang dapat dibawa kemana kita akan mengamati benda langit tersebut. 

Beruntunglah pada tahun 1609 ada  Galileo Galilei, seorang berkebangsaan Italia yang mempelopori pengamatan benda-benda langit dengan penemuannya berupa teleskop. Sejak saat itu pengetahuan manusia tentang jagad raya semakin bertambah.

Kegiatan peneropongan yang dilaksanakan oleh Planetarium Jakarta hanya diadakan pada bulan dan hari tertentu saja, misalnya pada malam hari dan kemungkinan dilaksanakan diluar jadwal yang sudah ada.
Alasan kenapa Gedung peneropongan Planetarium ini dibangun berbentuk kubah agar saat meneropong benda-benda langit peralatan tersebut dapat diputar keberbagai arah.

Keberadaan Perpustakaan yang juga menghimpun bahan-bahan tertulis mengenai Astronomi yang dirintis sejak Planetarium dan Observatorium Jakarta. Dalam perpustakaan terdapat lebih dari 4000 buah buku, majalah, juga terdapat beberapa piagam yang diberikan dari beberaapa sekolah, dan koleksi-koleksi lainnya.
Buku-buku yang ada di perpustakaan Planetarium ini diperoleh melalui langganan majalah atau pembelian buku-buku terbitan, dan juga diperoleh melalui bantuan atau sumbangan dari pihak lain seperti dari beberapa kedutaan. 

RUANG PAMERAN

 


Ingin lebih mengetahui Planetarium lebih jelas lagi maka tersedianya ruang pameran yang memuat gambar-gambar astronomi, model-model miniature wahana antariksa dnan san replikasi benda-benda langit , serta juga menampilkan film-film astronomi yang dapat memberikan ilmu pengetahuan mengenai benda-benda langit. Ruang pameran dapat dikunjungi oleh masyarakat sebelum pertunjukan Teater Bintang berlangsung, tanpa dipungut biaya.



Planetarium dan Observatorium Jakarta ini sanggat mengikuti perkembangan dan kurikulum yang ada setiap tahunnya bisa kita lihat contohnya saja pada kurikulum yang lama dulunya ada terdapat 9 (Sembilan) planet seperti , Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Namun, sekarang planet Pluto sudah tidak dianggap planet lagi sejak 4 Agustus 2006 lalu, karena dalam definisinya kita tidak boleh memotong orbit planet lain. Pluto sendiri eksentrik karena memiliki orbit yang sangat lonjong bahkan titik terdekatnya dengan matahari berada di antara Uranus dan Neptunus, makanya tidak disebut sebagai planet (istilahnya planet kerdil). Ada juga yang mengatakan pluto buka sebagai planet karena ukurannya yang sangat kecil di bandingkan bulan. Pluto sendiri sekarang sudah menjadi bagian-bagian planet lainnya. 

Planetarium dan Observatorium ini juga memiliki perngertian tersendiri. Planetarium yang berarti sebuah gedung teater untuk memperagakan benda-benda di langit. Sedangkan Observatorium artinya secara praktis sebuah perlengkapan atau alat yang digunakan untuk melihat langit dan peristiwa yang berhubungan dengan ruang angkasa.

Bagi yang ingin menonton pertunjukan mengenai bintang , bulan dan ruang ankgasa cukup hanya dengan mengeluarkan uang dikocek sebesar Rp7.000,00 saja. Tak hanya sekedar menikmati kenyamanan dan keajaiban benda-benda langit tetapi juga mendapatkan segepok pengalaman dan kesan serta juga banyak mendapatkan ilmu pengetahuan di Planetarium dan Observatorium Jakarta ini.