Planetarium Jakarta
“Kita sebagai bangsa yang baru
lahir kembali, kita harus dengan cepat sekali, cepat, chek up mengejar
kebelakangan kita ini, mengejar disegala lapangan. Lapangan politik kita kejar,
lapangan ekonomi kita kejar, lapangan ilmu pengetahuan kita kejar, agar supaya
kita benar-benar didalam waktu yang singkat bisa bernama Bangsa Indonesia yang
besar, yang pantas menjadi mercusuar daripada umat manusia di dunia” (Soekarno,
1964, saat pemancangan tiang pertama Planetarium Jakarta).
Kota Jakarta sudah
dikenal sebagai kota yang metropolitan dan padat dengan bangunan-bangunan
bahkan gedung tinggi. Sangat jarang sekali bisa ditemukan objek wisata karena
ada masa modern ini Indonesia semain dipenuhi dengan bioskop, hotel, dan
sebagainya. Ada salah satu lokasi yang bagus untuk dikunjungi yaitu Planetarium
dan Observatorium Jakarta.
Planetarium
dan Observatorium Jakarta merupakan sarana wisata pendidikan yang menyajikan
simulasi perbintangan atau benda-benda langit. Tempatnya terletak di Jalan
Cikini Raya no 37, Jakarta Pusat (atau biasa dikenal dengan nama Taman Ismail
Marzuki). Di Planetarium ini pengunjung diajak mengembara di jagad raya untuk
memahami konsep tentang alam semesta melalui acara demi acara.
Kegiatan
yang diselenggarakan oleh Planetariun dan Observatorium Jakarta berusaha
mewujudkan kepedulian kepada masyarakat terutama pada pelajar atau mahasiswa
dalam dunia pendidikan, khusunya meningkatkan Ilmu Pengetahuan Astronomi di
luar kurikulum sekolah. Serta turutnya mencerdaskan masyarakat dengan
memberikan pelayanan professional.
Planetarium salah
satu tonggak sejarah bagi Dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),
khususnya, dibidang Astronomi.
Pembangunan Planetarium merupakan gagasan oleh Presiden Republik Indonesia pertama,
Bung Karno. Gagasan awalnya adalah agar bangsa Indonesia tidak ketinggalan
dalam dunia IPTEK , yaitu pengetahuan tentang benda-benda langit yang ada dalam
jagad raya ini. Beliau juga berharap dengan adanya Planetarium ini masyarakat
tidak lagi mempercayai takhyul terkait dengan fenomena astronomi. Contoh saja
dulu hari-hari yang dikatikan dengan bulan, matahari dan sebagainya. Sunday
(hari minggu) konon menurut cerita metodologi
hari yang dikuasai oleh Dewa Matahari, lalu ada Monday (hari ke 2) di
ambil dari kata “moon” merupakan hari yang dikuasai bulan dan sebagainya.
Planet-planet pun dikaitkan dengan dewa-dewi, seperti Jupiter itu Mahadewa,
kemudian ada Mars yang bewarna merah adalah Dewa Perang. Beliau juga mengatakan Planetarium ini merupakan
satu hal yang sangat penting bagi National
Buliding kita.
Gagasan
Bung Karno dalam pembangunan Planetarium selain sebagai pusat pengembangan ilmu
pengetahuan juga sebagai tempat rekreasi atau wisata edukasi pusat Jakarta,
juga bukan secara kebetulan tetapi sudah menjadi pemikiran yang strategis ,
bahwa masyarakat diajak menjelajah alam semesta untuk mengagumi kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa.
Berdasarkan
amanatnya, maka dilaksanakanlah pembangunan tersebut yang berlokasi di Taman
Raden Saleh , yang semula merupakan tempat kebun binatang Cikini dengan bantuan
dana oleh GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia )
Pemancangan
tiang pertama dilakukan langsung oleh Buung Karno pada 9 September 1964.
Penanggung Jawab adalah Gurbernur DKI Jakarta sedangkan Ketua Tim Pengawas
Pembangunan adalah Prof. Ir. Rooseno.
Dari
lomba perancagnan arsitekturnya maka terpilihlah karya Bapak Ir. Ismail Sofyan,
Ir, Ciputra serta Ir. Brasali dari Perentjana Djaja. Untuk pembangunan
Planetarium dibangun mulai dari segi fisik, pemasangan kubah Planetarium, Teleskop,
dan alat pendingin , juga adanya alat simulasi atau proyektor dan
elektroniknya.
Setelah
pembangunan selesai 20 November 1968 (4 tahun) kemudian diresmikan oleh Bapak
Ali Sadikin. Awal perancangan planetarium ini adalah empat lantai. Satu kubah
planetarium yang terletak di tengahnya tergabung dengan bangunan silinder
dibawahnya dan juga dikelilingi oleh bangunan luas. Bangunan Berkubah ini juga
terdapat beberapa ruang seperti ruang untuk observatorium, ada ruang teater
untuk pendidikan , perpustakaan, ruang peneropongan, dan juga tempat parkir
yang luas.
Pembangunan
Planetarium sempat terhenti akibat peristiwa G30S/PKI sehinga GKBI(Gabungan
Koperasi Batik Indonesia) tidak lagi memberi dana. Pada akhri 1967 pembangunan
Planetarium Jakarta kembali dilanjutkan atas subsidi PBD Pemerintah DKI
Jakarta.
Dari
kalangan pemerhati Ilmu Astronomi keberadaan Gedung Planetarium dan
Observatorium Jakarta ini telah berkiprah beberapa decade dan tercatat dalam
sejarah dunia Astronomi dan hari kelahirannya ditetapkan pada tanggal 1 Maret
1969. Ditengah perjalanan waktu yang terus bergulir ,maka pada tahun 1984
status Planetarium Jakarta berubah menjadi Badan Pengelolah Planetarium dan
Observatorium DKI Jakarta.
Pada
tahun 1966, Manajemen Planetarium dan Observatorium Jakarta merenovasi
peralatan yang yang digunakan dan renovasi ini termasuk mengganti proyektor
utama dengan yang lebih canggih dan dikendalikan oleh computer. Awalnya
menggunakan Proyektor Universal diganti menjadi Proyektor Universal Model III;
Material Layar Kubah diperbaharui dengan layar berdiameter lebih kecil (22
meter).; lantainya ditinggikan, dan semua tempat duduknya disusun mengarah ke
selatan; dan jumlah tempat duduknya yang bermulai dari 500 kursi dikurangi
menjadi 320 tempat duduk.
Beberapa
kisah Bumi dan Alam Semesta. Pada saat ini malam kota metropolitan Jakarta
sudah lagi tidak begitu indah. Hal ini disebabkan karena kota Jakarta yang
tercemar oleh lampu-lampu kota yang sangat terang, sehingga kota malam haripun
terlihat seperti siang hari. Namun, jika pergi agak jauh seperti di Pelabuhan
Ratu dan kota-kota kecil lainnya yang tidak dipadati dengan penduduk sehingga
lampu-lampu yang terangnya masih terbatas maka dapat melihat pemandangan yang
sangat indah dilangit. Kita dapat melihat beribu-ribu bintang yang sudah sejak
zaman dulu dijadikan para nelayan sebagai petunjuk arah di laut.
Bintang-bintang dilangit juga bisa djadikan sebagai pedoman bagi para petani
untuk menentukan kapan mereka mulai menanam padi di sawah.
Planet-planet
ini di juluki sebagai “si pengembara” , karena planet-planet yang disebut
sebagai benda langit tampak berpindah-pindah di lautan bintang-bintang. Di alam
semesta jagad raya kita ini terdapat benda langit antara lain Matahari, Bumi, Bulan, Planet, Bintang,
Meteor, Komet, dan sebagainya. Munculnya benda-beda langit ini menjadikan kita
untuk mengenal dimensi waktu, yang selanjutnya penting untuk pengamatan fenomena
alam secara umum.
Pertunjukan
Planetarium menyajikan program dengan satu tema astronomi untuk mengungkap alam
semesta. Pertunjukan ini di tujukan untuk mengenal dan mengkaji misteri di luar
bumi. Planetarium ini nantinya akan memiliki koleksi film yang akan diperlihatkan secara
bergantian dan setiap film tersebut diputar dengan durasi 60 menit langsung
dengan narasi dan latar suaranya (visual). Beberapa sajian cerita ilmiah itu
dikemas dalam judul-judul acara berikut ini :
- Tata Surya , kita diajak untuk menjelajahi antarikasa , mengenal planet berserta satelit, dan anggota tata Tatasurya yang berada di ruang planet.
- Penjelajah Kecil Di Tatasurya diruang antar planet ada terdapat miliyaran komet, triliunan meteor dan jutaan asteroid. Mereka dikenal sebagai penjelajah tatasurya.
- Pembentukan Tatasurya. Berabad-abad kita sebagai manusia berusaha untuk memahami, melakukan peercobaan serta melahirkan berbagai teori dalam usahanya menyingkap tabir pembentukan Tatasurya.
- Planet Biru Bumi. Dimana manusia perlu proses untuk melalui dongeng, mitos secara teori. Bumi merupakan tempat yang unik dan nyaman sebagai tempat tinggal.
- Bulan Satelit Bumi. Sebagai pengiring Bumi yang dipandang indah sebagai pengring. Bagaimanakah keadaan sesungguhnya disana? Yukk!! Mari kKita Terbang Ke Bulan.
- Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan. Adanya fenomena gerhana melahrikan berbagai mitos di masa lalu.
- Dari Ekuator Sampai ke Kutub. Pergerakan benda langit ternyata, berbeda penampakannya jika dilihat dari tiap lintang di Bumi. Panjang haripun menjadi berbeda-beda dari ekuator sampai ke kutub.
- Riwayat Hidup Bintang. Bintang juga mengalami perkembangan, mulai dari lahir, tumbuh besar, dan akhirnya mati.
- Pembentukan Alam Semesta. Pada saat ini manusia masih berusaha untuk mengungkap misteri , bagaimana alam semesta bisa terbentuk.
Semua planet termasuk Bumi beredar mengelilingi
Matahari pada lintasan orbitnya masing-masing. Bumi dan tujuh planet lainnya
bersama Matahari membentuk satu tatanan yang selanjutnya dikenal sebagai Tata
Surya. Merkurius, Bumi, Mars, Jupiter, Uranus dan Neptunus adalah nama-nama
planet mulai yang terdekat sampai yang terjauh dari Matahari.
Peneropongan Untuk Umum.
Planetarium dan Observatorium Jakarta selain ada ruang pertunjukan teater bintang juga memiliki tempat peneropongan benda langit atau tempat obersvasi disebut juga dengan istilah Observatorium. Biasanya tempat peneropongan ini digunakan untum mengamati benda-benda langit secara langsung memalui teleskop. Pengamatan melalui teleskop kita dapat mengamati fenomena langit yang ada di Jakarta.
Beruntunglah
pada tahun 1609 ada Galileo Galilei,
seorang berkebangsaan Italia yang mempelopori pengamatan benda-benda langit
dengan penemuannya berupa teleskop. Sejak saat itu pengetahuan manusia tentang
jagad raya semakin bertambah.
Kegiatan
peneropongan yang dilaksanakan oleh Planetarium Jakarta hanya diadakan pada
bulan dan hari tertentu saja, misalnya pada malam hari dan kemungkinan
dilaksanakan diluar jadwal yang sudah ada.
Alasan
kenapa Gedung peneropongan Planetarium ini dibangun berbentuk kubah agar saat
meneropong benda-benda langit peralatan tersebut dapat diputar keberbagai arah.
Keberadaan
Perpustakaan yang juga menghimpun bahan-bahan tertulis mengenai Astronomi yang
dirintis sejak Planetarium dan Observatorium Jakarta. Dalam perpustakaan
terdapat lebih dari 4000 buah buku, majalah, juga terdapat beberapa piagam yang
diberikan dari beberaapa sekolah, dan koleksi-koleksi lainnya.
Buku-buku
yang ada di perpustakaan Planetarium ini diperoleh melalui langganan majalah
atau pembelian buku-buku terbitan, dan juga diperoleh melalui bantuan atau
sumbangan dari pihak lain seperti dari beberapa kedutaan.
RUANG PAMERAN
Ingin
lebih mengetahui Planetarium lebih jelas lagi maka tersedianya ruang pameran
yang memuat gambar-gambar astronomi, model-model miniature wahana antariksa
dnan san replikasi benda-benda langit , serta juga menampilkan film-film
astronomi yang dapat memberikan ilmu pengetahuan mengenai benda-benda langit.
Ruang pameran dapat dikunjungi oleh masyarakat sebelum pertunjukan Teater
Bintang berlangsung, tanpa dipungut biaya.
Planetarium
dan Observatorium Jakarta ini sanggat mengikuti perkembangan dan kurikulum yang
ada setiap tahunnya bisa kita lihat contohnya saja pada kurikulum yang lama
dulunya ada terdapat 9 (Sembilan) planet seperti , Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Namun, sekarang planet
Pluto sudah tidak dianggap planet lagi sejak 4 Agustus 2006 lalu, karena dalam
definisinya kita tidak boleh memotong orbit planet lain. Pluto sendiri
eksentrik karena memiliki orbit yang sangat lonjong bahkan titik terdekatnya
dengan matahari berada di antara Uranus dan Neptunus, makanya tidak disebut
sebagai planet (istilahnya planet kerdil). Ada juga yang mengatakan pluto buka
sebagai planet karena ukurannya yang sangat kecil di bandingkan bulan. Pluto
sendiri sekarang sudah menjadi bagian-bagian planet lainnya.
Planetarium
dan Observatorium ini juga memiliki perngertian tersendiri. Planetarium yang
berarti sebuah gedung teater untuk memperagakan benda-benda di langit.
Sedangkan Observatorium artinya secara praktis sebuah perlengkapan atau alat
yang digunakan untuk melihat langit dan peristiwa yang berhubungan dengan ruang
angkasa.
Bagi
yang ingin menonton pertunjukan mengenai bintang , bulan dan ruang ankgasa
cukup hanya dengan mengeluarkan uang dikocek sebesar Rp7.000,00 saja. Tak hanya
sekedar menikmati kenyamanan dan keajaiban benda-benda langit tetapi juga
mendapatkan segepok pengalaman dan kesan serta juga banyak mendapatkan ilmu
pengetahuan di Planetarium dan Observatorium Jakarta ini.